Halaman

semonsu

semonsu

Selasa, 21 Agustus 2012

SEEMONSU KEBERSAMAAN


Tak akan pernah ada yang abadi. Yang abadi hanyalah keabadian itu sendiri. Setiap perjumpaan pasti ada perpisahan. Karena itu jangan ada kata kata sedih dalam mengiringi sebuah perpisahan. Semua adalah untuk kebaikan layaknya perpisahan daratan dan lautan, siang dan malam, atau perpisahan langit dan bumi. Kata kata perpisahan yang terbaik adalah memberikan semangat dan harapan bagi setiap orang. Karena dari kalimat yang terbentuk dari kumpulan kata tersebut akan mampu menggerakkan seseorang untuk melakukan hal yang lebih baik. Berikanlah senyum kepada sebuah perpisahan, walaupun kadang air mata tidak bisa tertahankan lagi. Kalaupun ada kata sedih yang tersirat dari kata kata perpisahan, jangan jadikan hal tersebut menjadi beban yang berat. Hadapi semua itu dengan sikap terbaik Untuk anda yang membutuhkan kata kata perpisahan penuh makna dan kenangan indah, berikut adalah kumpulan dan rangkumannya Waktu trus berjalan, tahun cepat berlalu Saat ini kau harus langkahkan kakimu Menuju massa yang ada didepanmu Jangan goyah, akan hari depanmu Hapus keraguan dan kuatkan iman "Manusia tidak dapat menuai filosofi arti cinta sampai dia merasakan perpisahan yang menyedihkan dan yang mampu membuka pikirannya, merasakan kesabaran yang pahit dan kesulitan yang menyedihkan" Terima kasih sudah menjadi teman baiku Terima kasih sudah menjadi sobat karibku Terima kasih sudah menjadi bagian dari jalan hidupku Maafkan semua kesalahanku Maafkan segala kekuranganku Tak ada yang mesti ditangisi Karena aku tidak akan jauh Teman, sahabat, tetaplah mengingat setiap kenangan indah yang telah kita lewati


Manusia dalam hidupnya tidak bisa lepas dari orang lain. Bergaul menjadi fitrah dan kebutuhan dasar manusia. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia harus menjalin hubungan dengan sesamanya. Kehadiran orang lain adalah suatu keharusan karena manusia tidak bisa hidup sendiri.Menyadari hal diatas, dalam menjalin hubungan persahabatan dengan orang lain, manusia harus menjunjung tinggi prinsip simbiosis mutualisme (hubungan yang saling menguntungkan). Dan hubungan yang semata-mata hanya untuk memperoleh ridha Allah SWT. Bukan hanya untuk tujuan tetentu yang hanya menguntungkan diri sendiri. Karena bila demikian, ikatan tersebut tidakakan kekal. Persahabatan itu akan hilang seiring tergapainya tujuan yang diinginkannya. Sebagaimana perkataanIbnul Qayyim Al-Jauziyah, “Sesungguhnya siapa saja yang senang kepadamu karena adanya keinginan, maka ia akan berpaling darimu jika telah tercapai keinginannya”.Nabi Muhammad SAW pernah mengibaratkan ikatan persahabatan antar dua orang muslim dengan kedua belah tangan. Beliau tidak memakai perumpamaan lain karena jalinan hubungan antar kedua tangan sangat cocok untuk dijadikan, ibarat dalam menjalani hubungan sesama manusia. Kita bisa melihat bagaimana kedua belah tangan saling membantu satu sama lain dalam usaha menggapai tujuan. Keduanya bersatu padu dalam mewujudkan tujuan. Keduanya melebur menjadi satu untuk mencapai tujuan yang sama.Demikian juga jalinan persahabatan manusia akan lebih indah seandainya dilandasi dengan semangat kerjasama sebagaimana kedua belah tangan. Mereka senantiasa saling bahu-membahu untuk mencapai bersama. Menanggung bersama setiap kesedihan yang menimpa. Dan setiap kebahagiaan akan selalu dinikmati bersama. Dalam situasi dan kondisi apapun jalinan kerjasama terus berlanjut. Saling membantu saat dibutuhkan walau tanpa diminta serta saling menjaga rahasia dan aib. Bersabda, “Paling utamanya amal baik ialah memberi kegembiraan kepada saudaramu yang beriman”. (HR. Ibnu Abi Dunya).Selain itu, seseorang dalam bergaul juga dituntut untuk selalu menampakkan wajah ceria. Mengucapkan salam jika bertemu. Memaafkan bila terjadi kekeliruan. Saling memberi nasihat. Sama-sama mendo’akan karena do’a seseorang untuk temannya mudah terkabulkan. (HR. Muslim). Dan yang paling sulit adalah saling mengorbankan harta benda yang dimilki. Imam Al-Ghazaali membagi 3 jenis sikap manusia dalam memberikan pengorbanan terhadap orang lain. Pertama, memposisikan teman sebagaimana hamba sahaya atau budak. Dalam arti selalu memenuhi kebutuhannya meskipun tanpa diminta. Kedua, memposisikannya seperti diri sendiri. Sehingga apa yang dimilki rela untuk digunakan bersama. Ketiga, tingkatan tertinggi dalam pengorbanan. Yaitu selalu mengutamakan kepentingannya dari pada kepentingan sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar